Selasa, 17 Oktober 2017

SAWAH TERAPUNG


Di negeri kita, biasanya pada saat musim penghujan, banyak areal persawahan yang mengalami gagal panen akibat kondisi areal pertanian tergenang oleh air.  Kejadian ini hampir terus berulang setiap tahunnya. Oleh karena itu perlu adanya suatu teknik budidaya atau teknologi yang dapat meminimalisir dampak banjir tersebut, terutama untuk daerah-daerah pertanian yang rawan banjir. Salah satu teknik budidaya yang dapat digunakan adalah sawah terapung.

Menanam padi dengan cara sawah apung merupakan teknologi baru bagi warga yang tinggal di daerah rawan banjir. Selama ini, petani tidak pernah memanfaatkan sawahnya yang terendam banjir. Padahal, banjir bisa terulang terus setiap tahun. Upaya mengatasi masalah tanam padi di musim banjir, telah dikembangkan sawah apung untuk mengatasi kesulitan petani.


SMK SPP Negeri Samarinda melakukan pembelajaran kepada siswanya dalan inovasi budidaya tanaman padi sawah. Sebagai uji coba dan pembelajaran hal ini dilakukan dalam sekala kecil agar bisa mencermati analisis usahanya.
Usahatani sawah apung layak untuk dikembangkan lebih lanjut pada lahan yang mengalami banjir tahunan sebab menunjukkan pendapatan dan hasil produktivitas yang lebih tinggi daripada usahatani padi konvensional.

Perlakuan atau pemeliharaan sawah apung tidak jauh berbeda dengan sawah konvensional atau yang di tanam di atas tanah. Perbedaan sawah apung dengan sawah konvensional adalah media tanamnya. Sawah apung ditanam di atas rakit yang diberi sabut kelapa, jerami, serta tanah. Rakit berfungsi agar sawah terapung, sehingga tidak terpengaruh ketinggian banjir. Perbedaan lainnya, saat panen padi tidak dapat dirontokkan di tempat melainkan harus dibawa ke darat.


Percobaan pembuatan sawah apung sudah dimulai sejak 2010.
Hasil produksi sawah apung relatif banyak, dan memiliki keunggulan lain yaitu petani bisa menanam ikan. Namun, masih perlu upaya merubah pola pikir petani dari yang semula menjadi petani konvensional menjadi petani sawah apung dengan mina ikan.
Dalam budidaya sawah apung ini digunakan metode SRI (System Rice Intensification), yaitu suatu metode untuk meningkatkan produktivitas padi yang memanfaatkan dan mengelola kekuatan sumberdaya alam secara terpadu (tanaman, tanah, air, biota, dan nutrisi) untuk meningkatkan produktivitas tanaman padi yang berbasis organik.

Tanaman dipindahkan ke media tanam (rakit) ketika bibit padi sudah di semai selama 10 hari dan pupuk disemprotkan ke batang serta daun agar lebih efektif. Pupuk organik yang digunakan adalah PPC (Pupuk Pelengkap Cair) dan MOL (Micro Organism Local).

A.     Kelebihan teknik budidaya sawah apung, yaitu:

1.     Tidak membutuhkan penyiraman air dan saluran irigasi.
2.     Tidak membutuhkan traktor untuk membajak lahan.
3.     Tidak membutuhkan pupuk kimia dan pestisida organik.
4.     Tidak membutuhkan perawatan membersihkan rumput.
5.     Mengurangi limbah jerami dan sabut kelapa.
6.   Memanfaatkan lahan yang terbengkalai/ tidak produktif karena banjir dengan durasi yang panjang (satu musim tanam).
7.     Bebas ancaman kekeringan pada musim kemarau untuk wilayah yang banjir tahunan.

B.      Budidaya sawah apung juga memiliki kendala, antara lain:

1.      Biaya pembuatan rakit yang cukup besar pada awal tanam.
2.      Petani masih menilai bahwa teknologi budidaya sawah apung mahal dan merepotkan.

C.     Pemanfaatnya ;

Rakit sebagai media sawah apung dapat digunakan lebih kurang 10 kali musim tanam jika rakit bambu dibuat dengan bahan pilihan, kuat, dan rapi.

D.     Pemupukan :
Dalam sekali tanam, pemupukan dilakukan sebanyak 10 kali, yaitu dengan interval waktu sekitar seminggu. Pupuk yang digunakan adalah pupuk organik cair (POC) dengan disis 1:3. Jika kita menggunakan pupuk kompos akan menambah beban berat pada rakit dan resikonya rakit akan rusak atau terendam air.
Pengendalian Hama dan Penyakit.

E.     Hama / Penyakit :

Untuk hama keong mas, usahakan rakit tidak terendam atau agak tenggelam jadi usahakan posisi rakit selalu timbul. Sedangakan untuk hama tikus cukup dibasmi dengan POC atau pestisida organik. Hal tersebut memberikan keuntungan lain, selain mengusir hama juga dapat meningkatkan kesuburan tanaman.

Demikian informasi singkat ini, mudah-mudahan dapat memberikan manfaat dan inspirasi baru bagi kita semua. sukses untuk para petani dan jayalah pertanian

Tidak ada komentar:

Posting Komentar